Kamis, 12 November 2020

REUNI


Tiga tahun setelah duduk di sekolah dasar, kami memutuskan untuk reuni. Mungkin jarak tiga tahun dan usia yang masih belia belum pantas menyandang kata reuni, apalagi reuninya ya dengan teman-teman yang kebanyakan masih sekolah di SMP yang sama. Reuni pun di salah satu rumah teman. Pertanyaan yang lebih sering diajukan adalah, "Kamu satu sekolah sama siapa ?"


Lain waktu kami bertemu untuk reuni kecil-kecilan sambil menyambangi guru-guru semasa SD. Sang guru menyambut dengan bahagia karena dikunjungi anak-anak yang pernah dididik selama enam tahun. menyuguhkan camilan sambil mendengar kami bercerita. 

Setelah itu masa SMA. Kami mulai jarang bertemu satu sama lain. Beberapa teman memilih untuk meninggalkan kampung halaman dan melanjutkan pendidikan di kota lain. Tapi hampir setiap tahun kami sempatkan untuk bertemu. Entah itu reuni SD atau reuni SMP. 

Obrolan pun berubah menuju dunia kuliah. Kamu kuliah di mana ? Ambil jurusan apa? Kampusnya dekat nggak ?

Dan semakin lama acara reuni yang tadinya dihadiri hampir seluruh siswa, makin menyusut jumlahnya. Kesibukan adalah alasan utama dari ketidakhadiran. Entah sibuk, entah malas, entah sudah punya teman baru. Reuni SD, SMP, SMA dan kemudian reuni dengan teman kuliah. 

Lalu memasuki dunia kerja, bertemu dengan orang-orang baru, pembicaraan baru. Si A menikah dengan B, C kerja di luar negeri, atau D yang masih betah menjomblo, topik pembicaraan ketika reuni akan berubah seiring bertambahnya kerutan di wajah. Akan ada beberapa teman yang masih tetap lekat, ada pula yang say hai seperlunya saja. 

Tapi belakangan, membaca beberapa headline di situs berita membuat saya....hmm, entahlah perasaan apa ini namanya. Kabar kematian seolah datang silih berganti setiap hari. 

Lalu saya teringat ketika menemani eyang-eyang reunian dengan teman SMPnya. Pertanyaan mereka seolah senada. 
"Piye kabarmu, lak sehat tho ?"
"Putumu (cucumu) piro saiki ?"
"Eh kae lak yo isih urip tho yo ?"
"Eh bojone kae kiy keno stroke, mesakke tenan."

Kurang lebih begitulah pertanyaan seputar kehidupan pribadi. Bukan lagi pertanyaan tentang kesuksesan, bukan tentang kehidupan asmara, bukan tentang haha hihi semata. Tapi tentang kesehatan, kematian dan tujuan hidup. 

Reuni pun ditutup dengan acara donga-dinonga (saling mendoakan). Saling menguatkan di hari tua. Menyadari bahwa hari ini mereka masih bisa bertukar kabar, tanpa sadar, mungkin esok hari kematianlah yang menyebabkan mereka berkumpul untuk reuni. Entah itu reuni di pemakaman atau reuni di dinding Facebook.

*Jaga Kesehatan ya Teman-Teman

::Gestina::

0 komentar:

Posting Komentar